Rabu, 16 Januari 2013

NAVIGASI

 NAVIGASI


Pendahuluan

Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih mudah. Pengetahuan bernavigasi darat ini juga berguna bila suatu saat tenaga kita diperlukan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan atau tersesat di gunung dan hutan, dan juga untuk keperluan olahraga antara lain lomba orienteering. Navigasi darat adalah suatu cara seseorang untuk menentukan posisi dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau di peta, dan oleh sebab itulah pengetahuan tentang kompas dan peta serta teknik penggunaannya haruslah dimiliki dan dipahami.

Peta

Secara umum, peta adalah penggambaran dua dimensi(pada bidang datar) keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu. Peta sendiri, kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penggunaannya.Untuk keperluan navigasi darat umumnya digunakan peta topografi.

Peta Topografi

Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Walaupun peta topografi memetakan tiap interval ketinggian tertentu, namun disertakan pula berbagai keterangan pula yang akan membantu untuk mengetahui secara lebih jauh mengenai daerah permukaan bumi yang terpetakan tersebut, keterangan-keterangan itu disebut legenda peta.





Legenda peta antara lain berisi tentang :

a. Judul Peta

Judul peta ada dibagian tengah atas. judul peta menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta yang bersangkutan, sehingga lokasi yang berbeda akan mempunyai judul yang berbeda pula

b. Nomor Peta

Nomor peta biasanya dicantumkan diselah kanan atas peta. Selain sebagai nomor regisrtasi dari badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk jika kita memerlukan peta daerah lain disekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di bagian bawah disertakan pula lembar derajat yang mencantumkan nomor-nomor peta yang ada disekeliling peta tersebut.

c. Koordinat Peta

Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua, yaitu :

1. Koordinat Geografis

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus terhadap katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan katulistiwa. Koodinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik.

2. Koordinat Grid

Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol terdapat disebelah barat Jakarta (60 derajat LU, 68 derajat BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan garis horizontal diberi nomor urut dari barat ke timur.

Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 6 angka, 8 angka dan 10 angka. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 6 angka, untuk daerah yang lebih sempit digunakan penomoran 8 angka dan 10 angka (biasanya 10 angka dihasilkan oleh GPS).

d. Kontur

TUTORIAL NAVIGASI


Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan laut, sifat-sifat garis kontur adalah :

1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.

2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.

3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.

4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.

5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.

6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung.

7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" terbalik menandakan suatu lembah/jurang.

e. Skala Peta


Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal di lapangan. Ada dua macam cara penulisan skala, yaitu :

1. Skala angka, contoh : 1:25.000 berarti 1 cm jarak dipeta = 25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan sebenarnya.

2. Skala garis, contoh: berarti tiap bagian sepanjang blok garis mewakili 1 km jarak horizontal.






f. Legenda Peta

Legenda peta biasanya disertakan pada bagian bawah peta. Legenda ini memuat simbol-simbol yang dipakai pada peta tersebut, yang penting diketahui : triangulasi, jalan setapak, jalan raya, sungai, pemukiman, ladang, sawah, hutan dan lainnya. Di Indonesia, peta yang umumnya digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, kemudian peta dari Jawatan Topologi, atau yang sering disebut peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.



g. Tahun Peta

Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut, semakin baru tahun pembuatannya, maka data yang disajikan semakin akurat.

h. Arah Peta


Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara Peta. Cara paling mudah adalah dengan memperhatikan arah huruf-huruf tulisan yang ada pada peta. Arah atas tulisan adalah Arah Utara Peta.Pada bagian bawah peta biasanya juga terdapat petunjuk arah utara yaitu :

1. Utara sebenarnya/True North : yaitu utara yang mengarah pada kutub utara bumi.

2. Utara Magnetis/Magnetic North : yaitu utara yang ditunjuk oleh jarum magnetis kompas, dan letaknya tidak tepat di kutub utara bumi.

3. Utara Peta/Map North : yaitu arah utara yang terdapat pada peta.

Kutub utara magnetis bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub utara bumi. Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk keperluan yang menuntut ketelitian perlu dipertimbambangkan adanya iktilaf(deklinasi) peta, iktilaf magnetis, iktilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.

1. Deklinasi Peta:adalah beda sudut antara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi karena perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang digambarkan pada peta.

2. Deklinasi Magnetis: Selisih beda sudut utara sebenarnya dengan utara magnetis


3. Deklinasi Peta magnetis:Selisih besarnya sudut utara peta dengan utara magnetis bumi.

4. variasi Magnetis:perubahan/pergeseran letak kutub magnetis bumi pertahun.




Teknik Peta Kompas


1. Orientasi peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis menyamakan utara peta dengan utara magnetis). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bikit, sungai, atau tanda-tanda medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta, untuk keperluan praktis, utara magnetis dianggap sejajar dengan utara sebenarnya, tanpa memperlitungkan adanya deklinasi. Langkah-langkah orientasi peta :

a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok; b) Letakkan peta pada bidang datar; c) Letakkan kompas diatas peta dan sejajarkan antara arah utara peta dengan utara magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi. d) Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan. e) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan yang khas dari setiap tanda medan.

2. Azimuth dan Back Azimuth

Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju,azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam. Ada tiga macam azimuth yaitu : a) Azimuth Sebenarnya,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran; b) Azimuth Magnetis,yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran; c) Azimuth Peta,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.

back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara menghitungnya : bila sudut azimuth lebih dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth = 180 derajat maka back azimuthnya adalah 0 derajat atau 360 derajat.

3. Resection

Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik. Langkah-langkah resection :

a) Lakukan orientasi peta; b) Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta, minimal dua buah; c) Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu; d)Bidik dengan kompas tanda-tanda medan itu dari posisi kita,sudut bidikan dari kompas itu disebut azimuth; e) pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, dan hitung sudut pelurusnya; f) perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita di peta

4. Intersection

Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di pet dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta. Langkah-langkah melakukan intersection : a) lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita; b)bidik obyek yang kita amati; c) pindahkan sudut yang kita dapat dipeta; d) bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan langkah b dan c; e) perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

5. Koreksi sudut

Pada pembahasan utara telah dijelaskan bahwa utara sebenarnya dan utara kompas berlainan. Hal ini sebetulnya tidaklah begitu menjadi masalah penting jika selisih sudutnya sangat kecil, akan tetapi pada beberapa tempat, selisih sudut/deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan perhitungan koreksi sudut yang didapat dari kompas(azimuth)yaitu :

A. Dari kompas (K) dipindahkan ke peta (P): P= K +/- (DM +/- VM)

B. Dari peta( P) dipindahkan ke kompas (K): K= P +/- (DM +/- VM)

Keterangan:

Tanda +/- diluar kurung untuk DM (deklinasi magnetis/iktilaf magnetis)

= dari K ke P: DM ke timur tanda (+), DM ke barat tanda (-) = dari P ke K: DM ke timur tanda (-), DM ke barat tanda (+)

Tanda +/- di dalam kurung untuk VM (variasi magnetis)

=tanda (+) untuk increase/naik; tanda (-) untuk decrease/turun.

Contoh Perhitungan:

Diketahui sudut kompas/azimuth 120 derajat, pada legenda peta tahun 1942 tersebut: DM 1 derajat 30 menit ketimur, VM 2 menit increase, lalu berapa sudut yang akan kita pindahkan ke peta?

P= K=+/- (DM +/- VM) ingat! kompas ke peta, DM ke timur VM increase

besar VM sekarang (2002)= (2002-1942)x 2 menit

= 120 menit= 2 derajat (1 derajat=60 menit)

sudut P= 120 derajat + (1 menit 30 detik + 2 derajat)

= 123 derajat 30 menit, jadi sudut yang dibuat di peta adalah 123 1/2 derajat.

6. Analisa Perjalanan

Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang akan kita lalui, dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu dan tanda medan.

a. Jarak

Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah jarak yang sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalihkannya dengan skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.

b. Waktu

Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.

c. Medan Tidak Sesuai Peta

Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang banyak sungai-sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi.

Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti, lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang terdapat pada peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta 1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti.


NAVIGASI SUNGAI

1. Pendahuluan

Dalam perjalanan menyusuri sungai, baik berjalan kaki atau dengan perahu, kita dituntut untuk menguasai navigasi sungai seperti halnya navigasi darat dalam perjalanan gunung hutan. Secara praktis ilmu navigasi sungai telah lama dikenal oleh orang dayak di pedalaman kalimantan. Sebab sungai merupakan satu-satunya sarana angkutan bagi mereka. Dan dalam penentuan kedudukannya di sungai, mereka menggunakan tanda-tanda alam yang berupa riam, belokan sungai, penyempitan/pelebaran sungai, muara dan lainnya.

2. Pengertian Navigasi Sungai

Navigasi sungai adalah teknik untuk menentukan kedudukan secara tepat dalam perjalanan penyusuran sungai. Perbedaan yang mendasar antara navigasi sungai dan navigasi darat terletak pada acuan dasar untuk menentukan kedudukan. Pada navigasi darat, yang diambil sebagai acuan dasar adalah bentuk permukaan fisik bumi yang digambarkan oleh garis kontur, sedang pada navigasi sungai acuan dasarnya adalah bentuk dari tepi kiri dan kanan sungai, yaitu belokan-belokan sungai yang tergambar di peta.

3. Perlengkapan Navigasi sungai

a. Peta


Ada dua macam peta yang digunakan yaitu:

1. Peta situasi sungai, peta ini tidak mempunyai garis kontur, yang tergambar adalah sungai dan desa yang ada di sepanjang daerah aliran sungai. Skala peta yang dipakai sebaiknya 1:50.000 atau 1:25.000, yang cukup jelas menggambarkan kondisi fisik sungai. Peta ini umumnya dibuat oleh perorangan yang pernah tinggal atau melakukan survey dan pemetaan disepanjang sungai tersebut.

2. Peta topografi, mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan peta situasi karena dapat membantu membaca kondisi alam di sekitar sungai seperti berupa rawa, tebing, bukit maupun pegunungan.

b. Kompas

Digunakan untuk menentukan sudut belokan-belokan sungai, kompas bidik dan kompas orienteering dengan keakuratan yang baik dapat digunakan untuk keperluan ini.

c. Alat Tulis

Berupa kertas tulis, busur derajat, penggaris dan alat tulis. Dipakai untuk menentukan posisi, setelah terlebih dahulu membidik sudut kompas dari sungai dan melakukan penaksiran jarak.

d. Altimeter

Altimeter bukan merupakan peralatan yang paling utama untuk menentukan posisi, tetapi lebih tepat untuk mengetahui gradien sungai, yaitu beda tinggi antara dua titik di sungai dalam jarak 1 km (contoh gradien sungai 9 m/km, yaitu beda tinggi 9 m antara dua titik yang berjarak 1 km). Karena perbedaan tinggi pada penurunan sungai relatif kecil untuk tiap km panjang sungai, maka sebaiknya digunakan altimeter yang cukup teliti, misalnya dengan kemampuan membaca perbedaan tinggi sampai 10 meter (sebagai gambaran, untuk sungai yang berarus deras dan banyak air terjunnya, perbedaan sungai rata-rata untuk tiap kilometer hanya sekitar 40 meter).

4. Menentukan Kedudukan Pada Peta

Dilakukan dengan cara bergerak menyusuri sungai sambil memperhatikan perubahan arah belokan sungai, dibantu dengan tanda-tanda alam tertentu yang terdapat disepanjang sungai. Ada dua cara yang dapat dipakai untuk menentukan kedudukan:

a. Dengan Bantuan Tanda-Tanda alam

Misalnya kita sedang melakukan penyusuran sungai dari titik A ke titik B, kemudian pada suatu tempat dijumpai sebuah muara anak sungai di sebelah kiri, untuk menentukan kedudukan pada saat ini adalah: Lakukan orientasi peta, kemudian amati sekitar medan dengan teliti, ukur sudut kompas (azimuth) dari lintasan sungai pada belokan di depan dan di belakang dengan menggunakan kompas, ingat tanda alam sebelumnya yang terdapat di belakang ( misalnya di belakang kita terdapat sebuah delta) dan lihat juga tanda alam di depan (misalnya belokan sungai ke arah kiri), kemudian gambar situasi sungai yang telah di dapat, kemudian cari padanannya pada peta (perlu diketahui bahwa delta yang terdapat pada sungai adalah delta yang cukup besar, tidak tertutup pada saat banjir, dan di tumbuhi pepohonan, jika tidak memenuhi persyaratan tersebut tidak akan digambarkan pada peta.) apabila masih kurang jelas, maka perlu dilakukan penyusuran sampai pada tanda alam berikutnya yang dapat lebih memperjelas kedudukan kita.

b. Membuat Peta Sendiri

Teknik pelaksanaannya yaitu dengan penaksiran jarak dan pengukuran sudut kompas (azimuth). Sebelum melakukan cara ini, sebaiknya mata kita di latih dahulu untuk menaksir jarak, misalnya untuk jarak 50 meter atau 100 meter. Cara termudah adalah dengan berlatih di jalan raya dengan bantuan sepeda motor atau mobil yang penunjuk jaraknya masih berlaku dengan baik, dapat juga dengan bantuan tiang listrik (setiap 50 meter), patok kecil di sepanjang jalan raya (100 meter). Jika mata sudah terlatih, dapat dipraktekkan pada jalan dalam kota yang banyak belokannya. Untuk sungai di daerah hulu yang sempit dan banyak tikungannya, maka di pakai patokan jarak setiap 50 meter dengan sisa ukuran terkecil adalah 10 meter. Sedangkan untuk sungai di daerah tengah dan hilir yang relatifr lebih lebar dan lurus (kecuali pada daerah meander), atau jari-jari belokan besar (sudut belokannya relatif kecil untuk jarak 100 meter), maka dipakai patokan jarak setiap kelipatan 100 meter dengan sisa ukuran terkecil 25 meter.

Jadi kita membuat sungai menjadi sebuah batang yang terdiri dari banyak ruas panjang dan pendek, yang berbelok-belok sesuai dengan sudutnya. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pembuatan sungai adalah : sediakan peralatan yang diperlukan, buat tabel pada kertas yang terdiri dari dua kolom, kolom pertama untuk derajat (azimuth)dan kolom kedua untuk jarak (meter). Jika ingin lebih teliti dapat ditambahkan dua kolom lagi, yaitu untuk lebar sungai dan keterangan yang diperlukan (misalnya jika ada penyempitan, batu besar di tengah sungai, tebing terjal di kiri dan kanan sungai dan lainnya), bidik kompas pada awal pergerakan, dan taksir jaraknya dengan mata yang sudah terlatih, isikan hasil bidikan pada kolom 1 dan 2, jika menggunakan perahu sebaiknya dilakukan dari tengah sungai, hitung jaraknya sambil bergerak maju setiap 50 dan 100 meter. Setelah sampai pada batas yang telah ditentukan dari ruas sungai, lakukan pembidikan dan taksirkan jaraknya kembali, ulangi sampai melampaui 3 belokan sungai, kemudian buat gambar sungai tersebut berdasarkan hasil catatan yang ada pada tabel, skala dapat di misalkan 1 cm untuk 100 meter atau lebih kecil lagi, kemudian cari padanan atau bentuk yang mirip dari gambar sungai yang kita buat dengan peta sungai yang kita bawa, dengan demikian kedudukan kita di peta dapat ditentukan yaitu pada titik terakhir yang kita buat, jika belum di dapat juga ulangi sampai beberapa belokan lagi.

NAVIGASI RAWA

Navigasi rawa adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di medan rawa. Navigasi rawa merupakan navigasi pada daerah dataran sehingga prinsipnya sama dengan navigasi gurun pasir. Tidak ada tanda ekstrim (bukit atau lembah) yang dapat dijadikan patokan. Jika pada rawa daerahnya datar dan kadang di penuhi aliran sungai yang dapat berubah akibat banjir, maka pada gurun pasir pun daerahnya selalu berubah-ubah akibat tiupan angin. Seperti pada navigasi darat (gunung hutan), maka langkah pertama yang paling penting sebelum memulai perjalanan adalah mengetahui letak titik pemberangkatan di peta. Tanda-tanda medan yang dapat dijadikan sebagai patokan adalah sungai, lokasi desa terdekat, garis pantai (jika dekat dengan pantai), jadi perlu diperhitungkan kecermatan orientasi medan yang teliti.


Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam navigasi rawa adalah:

1) tentukan titik pemberangkatan kita di peta;

2) bidik arah perjalanan yang diambil, catat sudut kompasnya;

3) ukur dan catat jarak tempuh perjalanan dengan sudut kompas tersebut, lakukan terus untuk setiap bagian perjalanan sampai menemukan tanda yang dapat dijadikan patokan, misalnya sungai, jika belum dijumpai, lakukan terus sambil mencari tempat beristirahat. Cara mengukur jarak: a) Dengan penaksiran jarak (jika sudah mahir), seperti navigasi man to man atau pemakaian back azimuth pada navigasi gunung hutan, pemegang kompas berjalan di belakang dan rekan lainnya berjalan menurut sudut kompas. Batas jarak pengukuran untuk satu segmen tergantung dari mata dan telinga, artinya sampai batas pengelihatan jika medannya tertutp atau sampai batas pendengaran jika medannya terbuka, jadi panjang suatu segmen relatif, tergantung medan yang dihadapi; b) Dengan menggunakan pita ukur atau tali, caranya sama seperti di atas, tetapi didapat hasil yang lebih teliti; c) Dengan alat bantu ukur yang di pasang pada pinggang pemegang kompas, yaitu pemegang kompas berjalan paling belakang, rekan yang di depan membuka jalur sesuai arah sudut kompas, ikat ujung benang pada titik awal pada saat membelok atau merubah arah, lihat angka yang tertera pada alat pengukur tersebut. Putuskan benang dan ikat kembali ujung yang baru pada titik belok; d) Dengan alat pengukur langkah yang dipasang pada pinggang bagian depan. Catat jumlah langkah untuk setiap arah sudut kompas. Ambil patokan 10 langkah sama dengan beberapa meter, atau kelipatan yang habis dibagi dengan 10;

4. Plot hasil pengukuran tersebut pada peta, pergunakan skala peta yang sesuai dengan skala peta yang dimiliki, jika pengukuran jarak dan sudut kompas teliti maka akan didapat hasil yang akurat.

5. Pemeriksaan posisi akhir dengan orientasi medan. Jika tersesat, minimal kita mempunyai catatan perjalanan untuk kembali ke tempat semula.

6. Jika sudut kompas dan jarak tempuh sudah ditentukan, maka plot di peta arah lintasan kita. Lakukan perjalanan dengan sudut kompas tersebut dan pergunakan cara melambung jika medannya tidak memungkinkan untuk dilalui, dengan tidak melupakan poin 2 dan 3.

Catatan: cara berjalan di rawa

a. Bawa tongkat dan tali. Tongkat untuk mengukur kedalaman lumpur rawa, dan tali untuk membantu menarik teman yang terbenam.

b. Berjalan secara beriringan. Usahakan bejalan berdekatan dengan tanaman yang ada, injak bekas tumbuhan semak, rumput, atau akar tumbuhan yang ada kaarena tanahnya relatif lebih keras.

c. Tebas ranting pohon, dan letakkan secara melintang pada jalur yang akan diinjak, gunanya untuk menahan lajunya turunnya badan kita ke dalam rawa, prinsipnya sama seperti orang berjalan di atas salju yang lunak dengan menggunakan sepatu ski, semakin luas permukaan yang diinjak, maka semakin ringan beban yang ditanggung oleh salju.

d. Waspadalah terhadap binatang yang banyak terdapat di sekitar tanaman yang tumbuh di daerah rawa, umunya mereka berbisa.

NAVIGASI PANTAI

Navigasi pantai adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di daerah pantai. Navigasi pantai jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan navigasi rawa dan sungai, sebab sebuah garis posisi sudah diketahui, yaitu sebuah garis tepi pantai, jadi hanya dibutuhkan sebuah tanda lagi untuk melakukan resection. Tanda-tanda medan yang dapat dijadikan patokan adalah: - sudut arah dari garis pantai; - tanjung atau teluk; - muara sungai;- pulau atau karang yang terdapat disekitar pantai; - bukit yang terdapat didaerah pantai; - kampung nelayan

Jika sudah terlatih navigasi gunung hutan, maka navigasi di daerah pantai tidak menjadi masalah, karena pada navigasi pantai lebih ditekankan pembacaan peta. Tanpa bantuan kompaspun sebenarnya kita dapat berjalan di tepi pantai, kompas dibutuhkan jika harus melakukan perjalanan potong kompas, menghindari rintangan yang berupa tebing terjal yang tidak mungkin untuk dilewati.

Langkah-lagkah yang harus dilakukan dalam navigasi pantai:

1) Plot posisi kita dengan cara resection.

2) Berjalan mengikuti garis pantai selama masih memungkinkan.

3) Catat waktu perjalanan untuk waktu yang berbeda atau tiap menjumpai tanda yang mudah dikenal. Ini dilakukan untuk mempermudah kita jika kehilangan posisi. Periksa posisi kita di peta setiap menjumpai tanda-tanda medan yang mudah dikenal, misalnya tanjung dan muara sungai.

4) Jika menemui rintangan yang berupa tebing karang yang tidak mungkin dilewati, lakukan resection untuk menentukan posisi terakhir sebelum tebing tersebut. Setelah itu rencanakan perjalanan melambung dengan bantuan kompas sampai melewati rintangan. Pada tebing karang, umumnya perjalanan harus melewati tanjakan dan turunan yang terjal.

Materi SAR (Search and Rescue)

SEARCH AND RESCUE (SAR)


  1. I.       Pendahuluan
Lahirnya organisasi SAR di Indonesia yang saat ini bernama BASARNAS diawali dengan adanya penyebutan Black Area, bagi suatu negara yang tidak memiliki organisasi SAR.
Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950Indonesiamasuk menjadi anggota organisasi penerbangan internasional ICAO (International Civil Aviation Organization). Sejak saat ituIndonesiadiharapkan mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran yang terjadi diIndonesia.

Sebagai konsekuensi logis atas masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO tersebut, maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1955 tentang Penetapan Dewan Penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis mempunyai tugas pokok untuk membentuk Badan Gabungan SAR, menentukan pusat-pusat regional serta anggaran pembiayaan dan materil.
Sebagai negara yang merdeka, tahun 1959Indonesiamenjadi anggota International Maritime Organization (IMO). Dengan masuknyaIndonesiasebagai anggota ICAO dan IMO tersebut, tugas dan tanggung jawab SAR semakin mendapat perhatian. Sebagai negara yang besar dan dengan semangat gotong royong yang tinggi, bangsaIndonesiaingin mewujudkan harapan dunia international yaitu mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran.
Dari pengalaman-pengalaman tersebut diatas, maka timbul pemikiran bahwa perlu diadakan suatu organisasi SAR Nasional yang mengkoordinir segala kegiatan-kegiatan SAR dibawah satu komando. Untuk mengantisipasi tugas-tugas SAR tersebut, maka pada tahun 1968 ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T.20/I/2-4 mengenai ditetapkannya Tim SAR Lokal Jakarta yang pembentukannya diserahkan kepada Direktorat Perhubungan Udara. Tim inilah yang akhirnya menjadi embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia yang dibentuk kemudian.
Pada tahun 1968 juga, terdapat proyek South East Asia Coordinating Committee on Transport and Communications, yang mana Indonesia merupakan proyek payung (Umbrella Project) untuk negara-negara Asia Tenggara. Proyek tersebut ditangani oleh US Coast Guard (Badan SAR Amerika), guna mendapatkan data yang diperlukan untuk rencana pengembangan dan penyempurnaan organisasi SAR di Indonesia
Dalam kegiatan survey tersebut, tim US Coast Guard didampingi pejabat – pejabat sipil dan militer dariIndonesia, tim dariIndonesiamembuat kesimpulan bahwa :
Instansi pemerintah baik sipil maupun militer sudah mempunyai unsur yang dapat membantu kegiatan SAR, namun diperlukan suatu wadah untuk menghimpun unsur-unsur tersebut dalam suatu sistem SAR yang baik. Instansi-instansi berpotensi tersebut juga sudah mempunyai perangkat dan jaringan komunikasi yang memadai untuk kegiatan SAR, namun diperlukan pengaturan pemanfaatan jaringan tersebut.
Personil dari instansi berpotensi SAR pada umumnya belum memiliki kemampuan dan keterampilan SAR yang khusus, sehingga perlu pembinaan dan latihan.
Peralatan milik instansi berpotensi SAR tersebut bukan untuk keperluan SAR, walaupun dapat digunakan dalam keadaan darurat, namun diperlukan standardisasi peralatan.
Hasil survey akhirnya dituangkan pada Preliminary Recommendation yang berisi saran-saran yang perlu ditempuh oleh pemerintahIndonesia untuk mewujudkan suatu organisasi SAR di Indonesia.
Berdasarkan hasil survey tersebut ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1972 tanggal 28 Februari 1972 tentang pembentukan Badan SAR Indonesia (BASARI).
Adapun susunan organisasi BASARI terdiri dari :
  • Unsur Pimpinan
  • Pusat SAR Nasional (Pusarnas)
  • Pusat-pusat Koordinasi Rescue (PKR)
  • Sub-sub Koordinasi Rescue (SKR)
  • Unsur-unsur SAR
Pusarnas merupakan unit Basari yang bertanggungjawab sebagai pelaksana operasional kegiatan SAR di Indonesia. Walaupun dengan personil dan peralatan yang terbatas, kegiatan penanganan musibah penerbangan dan pelayaran telah dilaksanakan dengan hasil yang cukup memuaskan, antara lain Boeing 727-PANAM tahun 1974 di Bali dan operasi pesawat Twinotter di Sulawesi yang dikenal dengan operasi Tinombala.
Secara perlahan Pusarnas terus berkembang dibawah pimpinan (alm) Marsma S. Dono Indarto. Dalam rangka pengembangan ini pada tahun 1975 Pusarnas resmi menjadi anggota NASAR (National Association of SAR) yang bermarkas di Amerika, sehingga Pusarnas secara resmi telah terlibat dalam kegiatan SAR secara internasional. Tahun berikutnya Pusarnas turut serta dalam kelompok kerja yang melakukan penelitian tentang penggunaan satelit untuk kepentingan kemanusiaan (Working Group On Satelitte Aided SAR) dari International Aeronautical Federation.
Bersamaan dengan pengembangan Pusarnas tersebut, dirintis kerjasama dengan negara-negara tetangga yaituSingapura,Malaysia, danAustralia.
Untuk lebih mengefektifkan kegiatan SAR, maka pada tahun 1978 Menteri Perhubungan selaku kuasa Ketua Basari mengeluarkan Keputusan Nomor 5/K.104/Pb-78 tentang penunjukkan Kepala Pusarnas sebagai Ketua Basari pada kegiatan operasi SAR di lapangan. Sedangkan untuk penanganan SAR di daerah dikeluarkan Instruksi Menteri Perhubungan IM 4/KP/Phb-78 untuk membentuk Satuan Tugas SAR di KKR (Kantor Koordinasi Rescue).
Untuk efisiensi pelaksanaan tugas SAR di Indonesia, pada tahun 1979 melalui Keputusan Presiden Nomor 47 tahun 1979, Pusarnas yang semula berada dibawah Basari, dimasukkan kedalam struktur organisasi Departemen Perhubungan dan namanya diubah menjadi Badan SAR Nasional (BASARNAS).
  1. II.    Maksud dan Tujuan
Hakekat Search And Rescue (SAR) adalah suatu kegiatan kemanusiaan yang dijiwai oleh falsafah pancasila dan merupakan kewajiban bagi setiap warga negara. Kegiatan tersebut meliputi segala upaya pencarian, pemberian pertolongan dan penyelamatan jiwa manusia dan harta benda yang bernilai dari berbagai musibah baik dalam perlindungan, pelayanan, bencana alam, maupun bencana yang lainnya.
Sebagai salah satu komponen masyarakat yang memiliki rasa kemanusiaan, maka SAR merupakan perwujudan rasa tanggungjawab akan keselamatan sesama. Oleh karena itu, materi SAR diberikan untuk membekali anggota sendiri akan ilmu dan teknik serta keorganisasian SAR yang ada, juga memberikan wawasan dan bekal ketrampilan untuk memberikan pertolongan SAR gunung hutan.
Sebagai salah satu konsekuensi kegiatan yang digelutinya, dimana resiko akan selalu ada, maka SAR merupakan sebuah materi yang tidak mungkin terpisahkan. Memberikan bekal seoptimal mungkin merupakan tujuan dan kegunaan dari pendidikan ini.
III. Pendekatan Sistem SAR
Keseluruhan sistem pendekatan adalah digunakan untuk mengatasi masalah SAR. Kehadiran bentuk gambaran SAR secara menyeluruh yaitu :
  1. Dengan segera dapat cepat dimengerti oleh seseorang yang masih awam dalam bidang SAR.
  2. Secara logis dapat dilaksanakan oleh pasukan operasi selama dituntut adanya misi SAR.
IV. Sistem SAR
Sistem SAR terdiri darilimatahapan dan didukung olehlimakomponen SAR. Sistem SAR diaktifkan bila diterima informasi bahwa :
  1. Muncul suatu keadaan darurat atau kemungkinan akan timbulnya keadaan darurat.
  2. Tidak diaktifkannya kembali apabila korban yang berada dalam keadaan darurat dibebaskan ke posisi terawat dan betul-betul aman atau ketika tidak mungkin lagi muncul keadaan darurat dan ketika tidak lagi diharapkan pertolongan.
  1. V.    Tahapan SAR
Dalam penyelenggaraan operasi SAR terdapat 5 tahapan, yaitu :
1. Awareness Stage (Tahap Kekhawatiran)
Adalah kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat diduga akan muncul, termasuk didalamnya penerimaan informasi dari seseorang atau organisasi. Dalam tahap ini menyadari bahwa suatu kejadian darurat telah terjadi dan perlunya mengambil suatu tindakan.
2. Initial Action Stage (Tahap Kesiagaan)
Adalah tahapan tindakan awal, tanggap bahwa suatu musibah telah terjadi serta berusaha mengumpulkan berbagai keterangan mengenai musibah. Aksi persiapan yang diambil antara lain menyiagakan fasilitas SAR dan mendapatkan informasi yang lebih jelas, termasuk di dalamnya menyeleksi informasi yang diterima, untuk segera dianalisa untuk dapat dilakukan tindakan selanjutnya. Dalam penyeleksian informasi tersebut, keadaan darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.   Incerfa (Uncertainity Phase/ Fase meragukan) :
Adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan dengan adanya keraguan mengenai  keselamatan jiwa seseorang karena diketahui kemungkinan mereka dalam menghadapi kesulitan.
b.   Alerfa (Alert Phase/ Fase Mengkhawatirkan/ Siaga) :
Adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan dengan adanya kekhawatiran mengenai keselamatan jiwa seseorang karena adanya informasi yang jelas bahwa mereka menghadapi kesulitan yang serius yang mengarah pada kesengsaraan (distress).
c.   Ditresfa (Ditress Phase/ Fase Darurat Bahaya) :
Adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan bila bantuan yang cepat sudah dibutuhkan oleh seseorang yang tertimpa musibah karena telah terjadi ancaman serius atau keadaan darurat bahaya. Berarti, dalam suatu operasi SAR informasi musibah  yang diterima bisa ditunjukkan tingkat keadaan emergency dan dapat langsung pada tingkat Ditresfa.

3. Planning Stage (Tahap Perencanaan)    
Adalah suatu pengembangan perencanaan yang efektif dari sistem SAR. Di dalamnya dapat berupa :
  • Perencanaan pencarian dimana sepatutnya dilaksanakan
  • Perencanan pertolongan dan pembebasan akhir
Dapat ditambahkan pula antara lain meliputi posisi yang paling mungkin dari korban, luas areal SAR, tipe pola pencarian, perencanaan pencarian optimum, perencanaan pencarian yang telah dicapai, memilih metode pertolongan terbaik, memilih titik pembebasan yang paling aman bagi korban, memilih fasilitas kesehatan yang baik bagi korban yang mengalami cedera atau penderitaan.

4. Operation Stage (Tahap Operasional)
Detection Mode/ Tracking Mode And Evacuation Mode, yaitu  dilakukan operasi pencarian dan  pertolongan serta  penyelamatan  korban secara  fisik. Tahap operasi meliputi :
Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.
  • Melakukan pencarian dan mendeteksi tanda-tanda yang ditemui yang diperkirakan   ditinggalkan survivor (Detection Mode).
  • Mengikuti  jejak  atau  tanda-tanda  yang  ditinggalkan  survivor (Tracking Mode).
  • Menolong/menyelamatkan dan mengevakuasi korban (Evacuation Mode), dalam hal ini memberi perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkannya dan  membawa korban yang cedera kepada perawatan  yang  memuaskan (evakuasi).
  • Mengadakan briefing kepada SRU.
  • Mengirim/memberangkatkan fasilitas SAR.
  • Melaksanakan operasi SAR di lokasi kejadian.
  • Melakukan penggantian/penjadwalan SRU di lokasi kejadian.




5. Mission Conclusion Stage (Tahap Akhir Misi)
Merupakan tahap  akhir  operasi  SAR,  meliputi membuat laporan kegiatan SAR secara menyeluruh, penarikan kembali SRU dari lapangan ke posko, penyiagaan kembali  tim SAR untuk menghadapi musibah selanjutnya yang sewaktu-waktu dapat terjadi, evaluasi hasil kegiatan, mengadakan pemberitaan (Press Release) dan menyerahkan korban/survivor  kepada yang berhak serta mengembalikan SRU pada instansi induk masing-masing dan pada kelompok masyarakat.
  1. VI.       Komponen SAR

1.  Organisasi
Merupakan struktur organisasi SAR, meliputi aspek pengerahan unsur koordinasi, komando dan pengendalian, kewenangan, lingkup penegasan dan tanggung  jawab  untuk penanganan suatu musibah.

2.   Fasilitas   
Adalah komponen berupa unsur, peralatan, perlengkapan, serta  fasilitas   pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam operasi SAR.

3.   Komunikasi        
Adalah  komponen penyelenggaraan komunikasi sebagai sarana untuk melakukan fungsi deteksi terjadinya musibah, fungsi komando dan  pengendalian operasi, membina kerjasama/  koordinasi selama operasi SAR berlangsung.

4.  Emergency Care (Perawatan Gawat Darurat)
Adalah komponen penyediaan fasilitas perawatan gawat darurat yang bersifat sementara, termasuk memberikan dukungan terhadap korban di tempat musibah sampai ke tempat yang lebih memadai.

5.  Dokumentasi        
Adalah komponen pendataan laporan dari  kegiatan,  analisa serta data-data kemampuan yang akan menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR serta untuk perbaikan atau pengembangan kegiatan-kegiatan misi SAR yang akan datang.
  1. VII.    Organisasi SAR di Indonesia
  2. 1.      Basarnas
Mempunyai tugas melaksanakan pengkoordinasian usaha dan kegiatan pencarian, pemberian pertolongan dan penyelamatan sesuai dengan peraturan nasional dan internasional terhadap orang atau barang yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam suatu kejadian.
  1. 2.      Kantor SAR
Kantor SAR  adalah UPT Basarnas di wilayah yang mempunyai tugas melaksanakan tindak awal, koordinasi, dan pengerahan potensi SAR dalam rangka operasi SAR terhadap musibah pelayaran, penerbangan, dan bencana lainya, serta pelaksanaan latihan SAR di wilayah tanggungjawabnya (Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 81 tahun 1998 tentang Organisasi Tata Kerja Kantor SAR, yang dahulu kita kenal dengan istilah adalah KKR dan SKR dan sekarang berubah menjadi Kantor SAR (Type A dan B).
a. Kantor type A
Kantor SAR ini mempunyai tugas mengerahkan potensi SAR, koordinasi dalam rangka operasi SAR terhadap musibah pelayaran, penerbangan, dan bencana lainnya, serta pelaksanaan latihan SAR di wilayah tanggungjawabnya
b. Kantor Type B
Kantor SAR ini Mempunyai Tugas Melaksanakan tindakan koordinasi dan pengerahan potensi SAR dalam rangka operasi SAR terhadap musibah di wilayahnya.

VIII. Organisai Misi SAR
Elemen organisasi SAR ini menunjukkan suatu bentuk misi organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan suatu operasi SAR. Bentuk dasar struktur organisasi misi SAR adalah sebagai berikut :
Minimum                                                         Umum
SC
SC










Diperluas

  1. 1.      SC (SAR Coordinator)
Pejabat pemerintah yang mempunyai wewenang dalam penyediaan fasilitas.
  1. 2.      SMC (SAR Mission Coordinator)
Seseorang yang  mempunyai pengetahuan dan kemampuan tinggi dalam menentukan MPP (Most Probable  Position), menentukan area pencarian,strategi pencarian (berapa unit, teknik, dan fasilitasnya).
  1. 3.      OSC (On Scene Commander)
Seseorang yang ditunjuk oleh SMC untuk  mengkoordinasikan dan mengendalikan SRU di lapangan. OSC ini tidak mutlak ada, tapi juga bisa lebih dari satu, tergantung wilayah komunikasi dan kesulitan  jangkauannya.




  1. 4.      SRU (SAR Unit)    
Adalah unsur SAR yang digerakkan di lapangan pada operasi SAR dan mengikuti pentahapan penyelenggaran operasi, SRU ini dapat dari instansi, potensi SAR, masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam operasi  SAR.
a. Tugas Utama SRU (Seacrh and Rescue Unit) :
  1. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh SMC atau OSC.
SRU wajib patuh terhadap tugas yang diberikan oleh SMC atau OSC. Apabila keadaan menghendaki adanya perubahan, maka hanya dapat dilakukan setelah konsultasi dan disetujui oleh SMC atau OSC. Penyimpangan atau melawan wewenang dari SMC atau OSC sama sekali tidak dibenarkan dan SMC atau OSC wajib menarik kembali SRU yang tidak disiplin.
  1. Melaksanakan prosedur pencarian secara benar
Berbagai petunjuk pelaksanaan tugas harus dikerjakan secara seksama dengan kewaspadaan dan ketelitian yang baik.
  1. Melapor segala kegiatan secara berkala kepada SMC atau OSC pada waktu yang ditetapkan sambil konsultasi mengenai berbagai keperluan dan kepentingan guna kelancaran operasi pencarian.
  2. Memasang rambu-rambu (Marker) pada daerah pencarian guna membantu kelancaran serta ketepatan usaha dalam sistem pencarian. Dapat berupa :
  • Rambu tanda :
- String line (berikut tags/tanda-tanda)
- Ribbon (ikatan pita atau tali rafia)
  • Rambu tertulis
v  Petunjuk ketinggian suatu tempat





SAR
1000 m

SAR
1500 m

v  Petunjuk arah ke suatu tempat










v  Catatan Petunjuk Lapangan atau CPL yang berisi :
-          Tanggal, nomor regu, jumlah anggota
-          Keterangan tugas
-          Keterangan tugas yang dilakukan
-          Petunjuk tempat-tempat yang berbahaya (tanag longsor, jurang dsb)
-          Petunjuk diketemukan jejak, tanda-tanda dsb, yang diperkirakan/dipastikan milik korban
-          Keterangan tambahan pada CPL oleh regu berikutnya yang melewati tempat terdapatnya CPL. Keterangan ini dapat ditambahkan bila dianggap perlu oleh SRU guna melengkapi keterangan yang sudah ada.
  1. Memberikan pertolongan pertama pada korban bila diperlukan. Pertolongan harus diberikan dengan pengetahuan serta kesadaran kemanusiaan yang tinggi .
  2. Melaksanakan evakuasi korban, baik dalam keadaan sehat, sakit ataupun sudah meninggal.
  3. Dapat melakukan hubungan komunikasi radio dengan baik dan jelas sesuai prosedur standar operasi radio yaitu dengan menggunakan HT. Juga mengerti kode yang telah disepakati bersama untuk keadaan darurat.
  4. Membuat laporan kerja secara tertulis bila diminta oleh SMC atau OSC.
b. Perlengkapan Wajib SRU
Selain membawa perlengkapan standar untuk menjelajah rimba dan gunung, anggota SRU wajib memebawa beberapa perlengkapan yang dikategorikan sebagai perlengkapan wajib bila akan bergabung dalam suatu operasi SAR. Peralatan itu berupa :
  1. Perorangan
    • Ponco atau jas hujan
    • Golok tebas
    • Peluit
    • Tempat air
    • Senter dan bola lampu serta baterai cadangan secukupnya
    • Makanan untuk 4 hari (bila rencana mengikuti SAR selama 3 hari).
  1. Regu
    • Tenda
    • Peta, kompas, altimeter, penggaris busur
    • Peralatan masak (kompor + bahan bakar, nesting)
    • Peralatan Rock Climbing (karmentel, harness, jumar, piton, hammer, descender, sling dsb)
    • Alat komunikasi (HT, dsb)
    • Benang (untuk string line)sejumlah 4 kelos @ 500 m
    • Tali rafiah 500 gr
    • Obat-obatan dan peralatan P3K
    • Jerigen air 5 lt
    • Senter besar/ lampu penerangan (neon baterai, lampu badai)

EXPLORER SEARCH AND RESCUE (ESAR)
I. Pendahuluan
Pada awal tahun 1980-an beberapa kelompok pendaki gunung mulai mencoba mengembangkan Explorer Search And Rescue (ESAR). Sistem ini berasal dari Amerika Serikat yang diperuntukan bagi para penjelajah daerah-daerah berhutan,padangkering dan sungai. Pada tahun-tahun sebelumnya system SAR laut dan udara masih menjadi rujukan untuk melakukan pencarian orang hilang di gunung. Yang membedakan ESAR dengan induknya SAR secara keseluruhan terletak pada rinci operasionalnya. Dalam ESAR dikenallimatahap pencarian atau operasi.
II. Maksud dan Tujuan
Menolong sesama hidup merupakan salah satu bukti dari pengamalan rasa cinta alam. Sehingga sebagai mahluk hidup yang mengaku dekat dengan alam,  Explorer Search And Rescue amatlah dibutuhkan, khususnya untuk menolong sesama hidup. Lebih dipersempit lagi ruang lingkup operasionalnya dalam menolong korban di gunung dan hutan.
Materi ini bertujuan memberikan pengetahuan tentang teknik operasional dalam ESAR sasuai dengan apa yang dibutuhkan. Sebab ESAR memerlukan dan menuntut personil yang siap, cepat dan tanggap. Personil ESAR diharapkan mampu menjalankan kewajibannya dengan baik, yang bukan berasal dari kata tugas, melainkan dari panggilan moral, hati nurani dan sebuah arti kesetiakawanan terhadap sesama.
III. Teknik-teknik Pencarian
Dalam pencarian terdiri dari empat unsur yang dapat dijadikan standar dalam menentukan ketrampilan tertentu yang dibutuhkan bagi suatu operasi SAR :
No.
Unsur
Pengetahuan
1. Locate (menentukan lokasi korban) Pengetahuan tentang navigasi darat, data peristiwa, keadaan korban, keadaanmedandll.
2. Reach (mencapai korban) Ketrampilan mendaki gunung, RC, hidup di alam, mencari jejak, penguasan peta dan kompas, dll.
3. Stabilize (menentramkan korban) Pengetahuan dan ketrampilan PPPK, gawar darurat.
4. Evacuate (membawa kembali korban) Sama dengan reach serta penguasaan P3K.
Teknik pencarian disini merupakan teknik pencarian yang dilakukan di darat. Walaupun tidak secara khusus untuk di darat, teknik ini juga yang membedakan antara SAR dan ESAR. Teknik pencarian ini bertumpu padalimatahap.
  1. 1.      Tahap Awal (Preliminary Mode)
Yaitu mengumpulkan informasi-informasi awal, saat dari mulai tim-tim pencari diminta bantuannya sampai kedatangannya di lokasi. Melakukan perencanaan pencarian awal, perhitungan-perhitungan, mengkoordinasikan regu pencari, memebentuk pos pengendali perencanaan, mencari identitas subjek, perencanaan operasi dan evakuasi.
  1. 2.      Tahap Pemagaran (Confinement Mode)
Yaitu memantapkan garis batas untuk mengurung orang yang dinyatakan atau dikhawatirkan hilang agar berada di dalam areal pencarian (search area). Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam bagian tersendiri.
  1. 3.      Tahap Pengenalan (Detection Mode)
Yaitu pemeriksaan-pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang dicurigai. Apabila dirasa perlu, dilakukan pencarian dengan cara menyapu (sweep searches). Bisa juga dilakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang diketemukan tanda-tanda atau barang-barang yang ditinggalkan oleh survivor. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalan bagian tersendiri.
  1. 4.      Tahap Pelacakan (Tracking Mode)
Yaitu mengikuti dan melacak jejak yang ditinggalkan oleh survivor atau pelacakan terhadap barang-barang yang tercecer dari survivor. Tracking bisa benar-benar dilakukan oleh orang-orang yang terlatih dan berpengalaman serta mempunyai kemampuan melacak yang tinggi antara lain membaca jejak,medan peta kompas, mengerti maksud dan tujuan korban, makna dari benda-benda yang terjatuh dan sengaja ditinggal korban atau dengan menggunakan anjing pelacak. Dari beberapa pengalaman, pelacakan dengan anjing pelacak masih belum bisa dilakukan secara baik untuk kondisi alamIndonesia. Hal ini dikarenakan faktor alam yang sulit dan ekstrim serta cepat berubah.
  1. 5.      Tahap Evakuasi (Evacuation Mode)
Yaitu memberikan pertolongan pertama dan membawa survivor ke titik penyerahan  untuk perawatan lebih lanjut. Tiga hal pokok yang harus dilakukan pencari apabila berhasil menemukan Survivor dalam keadaan hidup:
  1. Memberikan pertolongan pertama bila diperlukan. Dalam hal ini personil harus benar-benar memiliki kemampuan pertolongan pertama, karena kalau salah menangani akan mengakibatkan korban bertambah parah bahkan bisa meninggal.
  2. Meyakinkan pada survivor bahwa Ia akan selamat
  3. Mengabarkan ke pangkalan pengendali tentang kondisi dan lokasi ditemukannya survivor.
Bila survivor dalam keadaan meninggal :
  1. Tidak boleh merubah posisi survivor sebelum ada perintah dari SMC
  2. Menjaga survivor dari segala gangguan yang mungkin terjadi
  3. melaporkan ke pangkalan untuk dievakuasi
Teknik yang digunakan dalam evakuasi :
  1. Memapah
  2. Memandu
  3. Bantuan helikopter
  4. Modifikasi dari teknik yang ada
IV. Tahap Pemagaran (Confinement Mode)
Dasar pemikirannya adalah menjebak survivor dalam area yang jelas dan kita dapat mengetahui batasan-batasannya, sehingga :
  • Area tersebut dapat dilakukan pencarian atau disapu.
  • Sebagai petunjuk bagi survivor untuk menuju tempat yang dapat diketahui tim pencari.
Kerja awal dari tahap ini adalah memagari kemungkinan gerak dari pencarian yang padat yang mungkin diperlukan bila areal pencarian menjadi terlalu luas.
Metode Confinement :
  1. 1.      Trail Blocking (razia pada jalan setapak)
Yaitu menempatkan tim kecil pada jalan masuk ke areal pencarian untuk menjaga kemungkinan korban melalui daerah tersebut. Mencatat nama-nama yang keluar masuk areal pencarian tersebut.
  1. 2.      Road Bolcks (razia pada jalan keluar)
Pada dasarnya sama dengan trail blocks, hanya saja disini masyarakat, pamong desa dapat diminta bantuan untuk melakukan pengawasan kemungkinan korban keluar melalui desa mereka atau dengan meminta bantuan petugas keamanan atau tenaga yang lainnya.
  1. 3.      Look Outs
Mengadakan “pengintaian” dengan menempatkan regu-regu kecil di ketinggian untuk dapat mendeteksi dan mengawasi daerah-daerah sekitar yang lebih rendah untuk mendeteksi dan mengawasi bila ada yang bergerak, membuat asap, tanda-tanda dari survivor jika berada di sekitar daerah itu. Juga menggunakan tanda-tanda yang menyolok untuk menarik perhatian survivor, misalnya bunyi-bunyian, lampu, sinar, api, asap dll.
  1. 4.      Camp In
Yaitu mendirikan pos-pos di lokasi yang strategis, misalnya saja persimpangan jalan atau pertemuan aliran sungai. Dari Camp In ini tim pencari dapat bergerak melakukan pencarian di daerah sekitar.
  1. 5.      Track Traps (jalur jebakan)
Yaitu jalur setapak atau tempat-tempat tertentu yang kemungkinan besar akan dilalui oleh korban karena tempat tersebut secara alamiah dan naluri, besar kemungkinannya akan dipilih atau dilewati korban, misal jalur air, mata air, gua, tempat datar dsb. Tim pencari dapat membuat jebakan buatan, misal dengan menggemburkan tanah disekitar jalur. Periksalah secara berulang area itu secara berkala untuk melihat jejak korban.
  1. 6.      String Lines
Yaitu pembatas buatan berupa jalur benang atau tali yang ditarik mengikuti jalur tertentu yang diharapkan akan membatasi ruang gerak korban. Bila string line tersebut diketemukan oleh korban, ia akan dituntun menuju tempat tertentu misal jalan setapak, camp in dsb (lihat gambar). Secara khusus akan efektif bila dilakukan pada daerah-daerah terbuka dimana cara pandangnya baik.
Bila daerahnya berpohon dan bersemak lebat, dapat lebih sempurna  dengan menggunakan Tagged String Lines (bentangan tali yang bertanda). Tags (tanda-tanda) pada string lines akan menarik perhatian survivor untuk bergerak mengikuti tali itu dan keluar menuju tempat yang ditunjukkan oleh tanda-tanda itu. (lihat gambar)

Tujuan menggunakan string line adalah menjadikan ruang-ruang atau kotak-kotak search area menjadi sektor yang terkuasai untuk pencarian tim pencari. Setelah Initial Confinement (pemagaran awal), tambahan string line dapat digunakan untuk membagi-bagi area itu. String line dapat digunakan untuk pemagaran dan untuk menandai sektor pencarian. Pemisahan lebih lanjut ini bertujuan untk mempersempit areal pencarian yang dilakukan oleh tim pencari.

V. Tahap Pengenalan (Detection Mode)
Detection adalah usaha untuk mencari korban atau benda yang tercecer/terjatuh atau sengaja ditinggalkan survivor. Pada keadaan inilah pasukan atau tenaga dari tim ESAR terutama diperlukan atau digunakan.
Metode detection, dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Penamaan dari ketiga kategori di bawah ini telah digunakan dalam ESAR untuk beberapa tahun ini, diambil karena hal ini secara umum bertalian terhadap tahapan dari pengembangan operasi pencarian. Tipe I umumnya mendahului tipe II, tipe II muncul sebelum tipe III.
  1. 1.      Tipe I Search
Yaitu pemeriksaan tidak resmi yang segera dilakukukan terhadap areal yang dianggap paling memungkinkan. Penamaan lain untuk tipe ini adalah Reconnaisance atau Hayt Searching/pencarian terburu-buru.
  1. Metode ini digunakan pada :
ü Tahap pencarian awal
ü Memeriksa ulang daerah dimana diduga survivor berada
  1. Sasaran metode ini :
ü Pemeriksaan yang segera atas area yang spesifik dimana survivor diduga berada
ü Memperoleh informasi mengenai areal pencarian
  1. Teknik yang digunakan
Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang yang mampu bergerak cepat untuk memeriksa daerah pencarian. Bila menemukan barang yang tercecer dan bila SMC (SAR Mission Coordinator) menghendaki barang tersebut dibawa, maka sebuah marker akan dipasang dan ditempatkan di lokasi penemuan.
  1. 2.      Tipe II Search
Kriterianya adalah efisiensi, pemeriksaan yang cepat dan sistematis atas area yang luas, dengan metode penyapuan yang akan menghasilkan hasil akhir yang tinggi dari setiap pencari per jam kerjanya. Nama lain dari tipe ini adalah open grids (pencarian grid renggang/penyapuan renggang).
  1. Metode ini digunakan pada :
ü  Tahap awal operasi pencarian, terutama bila jangka waktu orang yang bertahan hidup diperkirakan sangat pendek
ü  Bila areal pencarian luas dan tidak ada areal tertentu yang dapat dicurigai dan tidak tersedia cukup tenaga pencari yang dapat mengcover keseluruhan area.
  1. Sasaran metode ini adalah pencarian yang tepat dan cepat pada areal yang luas.
  2. Teknik yang digunakan
Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang, yang sejajar dengan jarak yang cukup lebar antara 10 sampai 20 meter dengan arah yang telah ditentukan.Adabaiknya ada seorang pemimpin tim yang bergerak mengawasi penyapuan, tugasnya :
ü  Memperhatikan apakah penegang kompas dapat menjaga sudut kompas yang sejajar
ü  Mengatasi hal-hal yang muncul mendadak
ü  Memeriksa penemuan-penemuan yang ditemukan oleh tim
Adacara umum untuk mencegah regu pencari saling tumpang tindih satu sama lain atau tidak bisa menjaga jarak yang telah ditentukan diantara mereka yaitu dengan memakai pita atau ribbon dan menggunakan kompas.
Pada metode I dan II pada selang waktu tertentu regu berhenti untuk memperhatikan sekilas sekitarnya serta memanggil survivor sambil menanti kemungkinan jawaban. Contoh pencarian dan penyapuan pada metode tipe II (lihat gambar).




Keterangan:
  1. Tim terdiri dari 6 orang memeriksa kedua tepi sungai kecil.
  2. A & B, personil ujung kiri dan kanan memasang marker (catatan petunjuk lapangan), dan string line/ribbon.
  3. C adalah petugas kompas/kompas man yang selalu memeriksa bahwa pencarian sesuai arah kompas.
  4. X adalah pimpinan SRU yang mondar-mandir sekitar barisan sambil memeriksa dan memastikan jarak personil terjaga dan juga melihat situasi sekitar medan, apakah perlu ada perubahan arah atau sistem pencarian.
  5. Z adalah navigator, yang bertugas membantu kompas man untuk memastikan agar sudut pencarian tidak melenceng.
Bila alat komunikasi cukup, maka idealnya X, A, dan B masing-masing membawa HT.
  1. 3.      Tipe III Search
Kriterianya adalah kecermatan, pencarian dengan sistematika yang ketat atas area yang lebih kecil menggunakan metode penyapuan yang cermat. Dinamakan juga close grids (pencarian grid rapat/ penyapuan rapat).
  1. Metode ini digunakan pada :
ü  Besarnya kemungkinan objek yang ditemukan dalam areal pencarian pada metode tipe II, lebih rendah dari apa yang diharapkan
ü  Bila areal pencarian terbatas dan tenaga yang tersedia mencukupi
  1. Sasaran metode ini adalah pencarian yang cermat atas areal yang spesifik
  2. Teknik yang digunakan
Penyapuan dengan jarak yang sempit. Jumlah anggota tim 3-9 orang dengan jarak kira-kira antar personil 3 sampai 5 meter. Pita-pita atau sring line banyak digunakan untuk mengontrol dalam memberi tanda yang jelas antara areal yang sudah dicari dan yang belum. Contoh pencarian dan penyapuan pada metode tipe III (lihat gambar).
  • Tim yang menggunakan kompas man untuk pencarian dan penyapuan.
C = Kompas man


  • Tiga tim menggunakan kompas  sebagai unit kontrol dalam penyapuan.
C = Kompas man

  • Tiga tim pada penyapuan sejajar menggunakan ribbon (potongan tali rafiah/pita) sebagai unit kontrol dalam penyapuan.(lihat gambar)




VI. Sikap Mental Selama Pencarian
  1. Cepat tanggap. Pentingnya cepat tanggap untuk mencegah :
    1. Sangat cepatnya meluasnya areal pencarian yang potensial
    2. Meningkatnya kesulitan pencarian berkaitan dengan mobilitas dan reaksi
    3. Dalam melakukan pencarian jangan terlalu terburu-buru, hendaknya dilakukan dengan kecermatan dan keteletian. Hal ini untuk mengindari kemungkinan survivor tidak terdeteksi saat dilakukan penyapuan.
    4. Pencarian adalah hal yang menarik. Bila pencarian kita anggap sebagai hal menarik, maka hasilnya akan lebih efektif. Kesungguhan, perhatian penuh dan sikap agresif  dalam mengawasi merupakan komponen yang berharga bagi kerja pencarian.
    5. Pentingnya mencari jejak atau barang yang tercecer. Penemuan jumlah jejak dan barang yang tercecer di dalam area, diperkirakan akan lebih banyak dari survivor. Penemuan juga dapat merupakan pemasukan yang penting bagi penyempitan areal pencarian.









MANAJEMEN BENCANA
(DISASTER MANAGEMENT)

  1. A.    Pengertian
  2. a.      Bencana (Disaster)
Suatu kejadian (baik alami maupun tidak alami) yang menyebabkan kerusakan fisik dalam skala besar, baik terhadap lingkungan hidup maupun infrastruktur dan mengancam jiwa banyak manusia di dalam suatu komunitas atau lokasi.
  1. b.      Bagaimana bencana dapat terjadi ?

  • Ancaman (Hazard)
Fenomena, bahaya, atau resiko, baik alami maupun tidak alami yang dapat (tetapi belum tentu) menimbulkan bencana. Contoh : gempa bumi, banjir, tanah longsor, kekeringan, wabah penyakit dan sebagainya.
  • Kerentanan(Vulnerability)
Keadaan di dalam suatu komunitas yang membuat mereka mudah terkena akibat buruk dari suatu ancaman. Jenis kerentanan dapat digolongkan menjadi kerentanan fisik, sosial dan psikologi.
  1. B.     Manajemen Bencana (Disaster Management)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untk mengendalikan bencana dan keadaan darurat, sekaligus memberikan kerangka kerja untuk menolong masyarakat dalam keadaan beresiko tinggi agar dapat menghindari ataupun pulih dari dampak suatu bencana.
Tujuan :
  1. Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi, maupun jiwa yang dialami oleh orang, masyarakat dan Negara.
  2. Mengurangi penderitaan
  3. Mempercepat pemulihan
  4. Memberi perlindungan kepada pengungsi atau masyarakat yang kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam.













Tahapan Penanganan Bencana




















Bencana




















Pencegahan

Rehabilitasi











Rekonstruksi



Keterangan :
  1. Penanganan Darurat/Tanggap Darurat (Emergency Response)
Upaya untuk menyelamatkan jiwa dan melindungi harta serta menangani gangguan, kerusakan dan dampak lain dari suatu bencana.
Keadaan darurat :
Kondisi yang diakibatkan oleh suatu kejadian luar biasa yang berada di luar kemampuan masyarakat untuk menghadapinya dengan sumber daya atau kapasitas yang ada. Dalam kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dan terjadi penurunan drastis terhadap kualitas hidup, kesehatan atau ancaman secara langsung terhadap keamanan banyak orang di dalam suatu komunitas/lokasi.
  1. Pemulihan (Recovery)
Suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok terpenuhi. Proses recovery terdiri dari :
    1. Rehabilitasi
Perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang sifatnya sementara atau jangka pendek
    1. Rekonstruksi
Perbaikan yang sifatnya permanen
  1. Pencegahan (Prevention)
Upaya untyuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan timbulnya suatu ancaman, misalnya pembuatan bendungan untuk menghindari terjadinya banjir. Namun perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa sepenuhnya efektif terhadap sebagian besar ancaman.
  1. Mitigasi (Mitigation)
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman. Misalnya, penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak menimbulkan kerugian besar.
  1. Kesiap-siagaan (Preparedness)
Persiapan rencana untuk bertindak ketika terjadi (atau kemungkinan akan terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat dan identifikasi atas sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan dapat mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.
Beberapa bentuk kesiap-siagaan :
  • Pengembangan jaringan informasi dan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System/EWS)
  • Perencanaan evakuasi dan persiapan stok kebutuhan pokok (suplai pangan,obat-obatan dll)
  • Perbaikan infrastruktur yang dapat digunakan dalam keadaan darurat seperti fasilitas komunikasi, jalan, kendaraan, gedung-gedung sebagai tempat penampungan dll.
  • Persiapan sumber daya manusia, termasuk orang-orang yang siap menjadi komite koordinasi dalam keadaan darurat.

Kamis, 10 Januari 2013

MATERI DASAR SAR



SEARCH AND RESCUE
Search and rescue (SAR) adalah kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan
menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi
bahaya dalam musibah-musibah seperti pelayaran, penerbangan dan bencana . Istilah
SAR telah digunakan secara internasional tak heran jika sudah sangat mendunia sehingga
menjadi tidak asing bagi orang di belahan dunia manapun tidak terkecuali di Indonesia.
Operasi SAR dilaksanakan tidak hanya pada daerah dengan medan berat seperti di
laut, hutan, gurun pasir, tapi juga dilaksanakan di daerah perkotaan. Operasi SAR
seharusnya dilakuan oleh personal yang memiliki ketrampilan dan teknik untuk tidak
membahayakan tim penolongnya sendiri maupun korbannya. Operasi SAR dilaksanakan
terhadap musibah penerbangan seperti pesawat jatuh, mendarat darurat dan lain-lain,
sementara pada musibah pelayaran bila terjadi kapal tenggelam, terbakar, tabrakan,
kandas dan lain-lain. Demikian juga terhadal adanya musibah lainnya seperti kebakaran,
gedung runtuh, kecelakaan kereta api dan lain-lain.
Unsur-unsur SAR
Dalam kegiatan SAR ada 4 unsur yang bisa dijadikan penentu keterampilan yang
dibutuhkan sebagai penunjang suksesnya suatu tim sar dalam melakukan operasinya,
yaitu :
1. Lokasi : kemampuan untuk menentukan lokasi korban. Hal ini memerlukan
pengetahuan menangani data peristiwa, keadaan korban, keadaan medan dan
lainnya.
2. Mencapai : kemampuan untuk mencapai korban. Hal ii memerlukan keterampilan
mendaki gunung, rock climbing, cara hidup di alam bebas, peta, kompas,
membaca jejak, dan lainnya
3. Stabilisasi : kemampuan untuk menentramkan korban dalam hal ini mutlak
diperlukan pengetahuan P3K, gawat darurat dan lainnya.
4. Evakuasi : kemampuan membawa korban. Hal ini memerlukan keterampilan
seperti halnya “Mencapai”.
Tahapan SAR
Ada beberapa tahapan SAR, Yaitu :
1. tahapan keragu-raguan, sadar bahwa keadaan darurat telah terjadi.
2. tahapan kesiapan, melaksanakan segla sesuatunya sebagai tanggapan terhadap
suatu kecelakaan, termasuk juga menadpatkan segala informasi mengenai korban.
3. tahapan perencanaan, pembuatan rencana yang efektif dan segala koordinasi yang
diperlukan
4. tahapan operasi, seluruh unit bertugas hingga misi SAR dinyatakan selesai
5. tahapan laporan, terakhir membuat laporan mengenai misi SAR yang telah
dilaksanakan.
Pencarain pada perasi SAR
Berikut adalah beberapa pola teknis pencarian pada operasi SAR. Hanya sebagain teknik
yang dibahas di sini, yaitu :
1. Track (T)
• Pola ini dipakai jika orang yang dinyatakan hilang dari jalur perjalanan yang
direncanakan akan dilewatinya merupakan satu-satunya informasi yang ada.
• Selalu dianggap bahwa sasaran (korban) masih disekitar atau dekat dengan
garis rute
Pola Track
2. Paralel (P)
• Daerah pencarian cukup luas dan medannya cukup datar
• Hanya mempunyai posisi duga
• Sangat baik untuk daerah pencarian yang berbetuk segi empat.
Pola Paralel
3. Creeping (C)
• Daerah pencarian sempit, panjang dan kondisinya cukup rata serta datar.
• Kalau di pegunungan gunung, regu pencari dengan ola ini kan turun kejurangjurang
atau dataran yang lebih rendah.
Pola Creeping
4. Square (SQ)
• Biasanya digunakan pada daerah yang datar
• Dengan pola ini perhitungan posisi juga harus merupakan kemungkinan yang
tepat
• Pembelokan tidak sembarangan, tetapi dengan perhitungan
C
D
A B
Pola Square
5. Sector (S)
• Lokasi atau posisi diketahui
• Daerah yang disari tidak luas
• Daerah pencarian berbentuk lingkaran
• Rute regu pencarian berbentuk segitiga sama sisi
Pola Sector
6. Contour (CT)
• Digunakan di bukit-bukit.
• Pencarian selalu dimulai dari puncak tertinggi
7. Barrier (B)
• Digunakan dengan hanya menunggu atau mencegat dengan perhitungan yang
pasti bahwa survivor akan lewat dengan melihat keadaaan lingkungan.
• Digunakan jika regu pencari dan penyelamat tidak bisa mendekati tempat
yang terkena musibah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pola pencarian
Dari sekian banyak pola pencarian, anda harus memilih yang paling tepat. Pemilihan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ;
• Ketepatan posisi survivor
• Luas dan bentuk daerah pencarian
• Jumlah dan jenis unit rescue yang tersedia
• Cuaca di dan ke daerah pencarian
• Jarak basecamp unit rescue ke lokasi musibah
• Kemampuan peralatan bantu navigasi di daerah kejadian
• Ukuran sukar dan mudahnya sasaran yang diketahui
• Keefektifan taktik yang dipilih
• Medan di daerah kejadian
• Dukungan logistik ke daerah pencarian
Taktik pencarian
Taktik pencarian dapat bervariasi, tergantung pada situasi tertentu. Secara umum hal itu
tercakup dalam lima metode pencarian, yaitu :
1. Taktik pendahuluan
Merupakan usaha-usaha untuk mendapatkan informasi awal, mengoordinir reguregu
pencari, membentuk pos pengendali, perencanaan, pencarian awal, dsb
2. Taktik Pembatasan
Menciptakan, membentuk garis lintas (perimeter) untuk mengurung korban dalam
area pencarian
3. Taktik Pendeteksian
Pemeriksaan terhadap tempat potensial dan juga menggunakan pencarian
potensial. Pada area tersebut diperhitungkan, ditemukannya korban ataupun jejak
atau segala sesuatu yang tercecer yang ditinggalkan korban
4. Taktik pelacakan
Melacak jejak atau sesuatu yang ditinggalkan korban, biasanya pelacakan ini
dilakukan dengan anjing pelacak atau orang yang terlatih mencari dan membaca
jejak
5. Taktik evakuasi
Memberikan perawatan dan membawa korban untuk perawatan yang lebih lanjut
jika diperlukan.

Minggu, 06 Januari 2013

LINDRI LANDROCK XXIII TAHUN 2013

LOMBA INTAS ALAM LINDRI LAND ROCK XXIII 2013
SEKRETARIAT
JL. KI MANGUNSARKORO III no.3 Ds. BEJI TULUNGAGUNG 66233 JATIM.
Telp. 081 25 92 92 14.
INGAT ! BAGI MEREKA YANG KURANG SIAP MENTAL, LEBIH BAIK JANGAN MENGIKUTI, KARENA RUTE INI AJANG PERTEMPURAN PARA PAKAR PAKAR GERAK JALAN, PENDAKI, PECINTA ALAM…..TERMASUK ANDA.
EVENT INI TELAH TERBUKTI DIAKUI DAN TERCATAT MUSEUM REKOR DUNIA INDONESIA, DAN PIAGAMNYA BISA DIGUNAKAN UNTUK MEGAJUKAN BEA SISWA, LAMPIRAN MELANJUTKAN KULIAH, BAHKAN KERJA ATAU DAFTAR MASUK ANGKATAN.
SEGERA DAFTARKAN SEKARANG JUGA KARENA PESERTA TERBATAS DAN PENDAFTARAN DITUTUP TANGGAL 10 FEBRUARI 2013.
TEMPAT PENDAFTARAN LUAR KOTA.
SURABAYA :1. Jl. Jemur wonosari Gg lebar no.50. Nur Capung : 081703391678 ; 0318470774.
2. Jl. Simpang dukuh no.38-40 Andika plaza blokB1-38Q
Putut : 08123190167 ; 085648415298.
SIDOARJO :P ercetakan USA : Ketegan Barat I no.01 Rt.01 Rw.01 Taman Sepanjang.
Nuril : 085648811044 ; 03134470047timur MAN Rengel
Asep Laili : 085854420005.
JOMBANG : Jl. Teratai no.53ª Candi mulyo Rt.04 Rw.07. Kp.61413
Bowo : 085648239393 ; 08563226599.
PARE : Jl, Belimbing no.18 Semanding Tertek
Nanang : 085746042920.
KEDIRI : Jl. Mayor Bismo Gg Makam no.8 Semampir
Kusdaryono : 081259560019.
BLITAR :1. Jl.Soedanco Supriyadi no.44. Rohmad Fajar : 085649015840 ; 085336935189.
2. Jl.Cisadane I no.22. Cingcing Hendra : 081803834564.
NGAJUK : Jl. Trunojoyo no.45ª . Dian : 085235317971.
MADIUN : Jl.Serayu timur no.18 Edelwis timur Samsat. Ibag : 08125963369.
MAGETAN : Jl. Samodra no.3B. Rahman Saleh : 085856346335 ; 082132642068.
PONOROGO : Jl. Sadewo no.27 Brotonegaran. Budi Jeck ; 085259915515.
TRENGGALEK :1. Jl.Raya Karangan Suruh depan lapangan Kec. Karangan
Ana Fashion : 082143639170.
2. Dsn Suren Rt.31 Rw.11 Ds Gembleb utara Polsek Pogalan
Beni Haryanto : 082335482131.
Atau langsung tranfer ke nomer rekening : 1430005627011 Bank MANDIRI Cab. Jember.
atas nama: Vinas Valentine Lindri S
PETUNJUK LOKASI START.
Dari stasion Kereta api Tulungagung jalan kaki ke terminal bus Tulungagung.
Dari terminal bus Tulungagung naik angkutan kota jurusan campurdarat, turun lapangan desa Tanggung depan pom bensin Boyolangu Rp. 3.000,- (tiga ribu rp).
PASTIKAN NAMA ANDA SUDAH TERDAFTAR
SEBELUM TANGGAL 10 FEBRUARI 2013.
SAMPAI JUMPA DI AJANG PETUALANG SEJATI
PETUALANGAN BERANGKAT DARI EVENT INI
I. Dasar Pelaksanaan
a. Kegiatan ini adalah agenda pelaksanaan rutin tahunan.
b. Kegiatan ini adalah bagian program pendidikan berkarakter, yang telah masuk tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia.
c. Kegiatan olah raga dengan media alam bebas demi meningkatkan rasa kecintaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan tanah air Indonesia.
II. Tujuan
Dengan memperhatikan kode etik pecinta alam nasional Indonesia, kegiatan ini bertujuan:
a. Meningkatkan rasa percaya kepada Tuhan yang Maha Esa.
b. Meningkatkan rasa persatuan/persahabatan serta sebagai wadah penyaluran minat dan bakat pemuda pada umumnya dan pecinta alam khususnya.
c. Meningkatkan rasa disiplin dalam kegiatan di alam bebas dan menumbuh kembangkan kesadaran dan tanggung jawab untuk memelihara kelestarian alam serta menciptakan kondisi lingkungan yang seimbang.
III. Tema
Galang rasa kebersamaan pemuda untuk bertanggung jawab melestarikan alam sebagai perwujudan rasa sebangsa dan setanah air Indonesia.
IV. Nama kegiatan
Lomba Lintas Alam Nasional “LINDRI LAND ROCK XXIII” 2013
V. Pola Kegiatan
Olah raga jalan kaki halang rintang, bukan adu kecepatan dan bersifat lomba.
VI. Waktu dan Tempat Kegiatan
Pelaksanaan
a. Hari & tanggal :Minggu, 24 Februari 2013 jam 00.00 WIB
(Sabtu 23 Februari 2013 jam 24.00 WIB malam Minggu)
b. Start & Finish : Lapangan Desa Tanggung Kecamatan Campurdarat
Kabupaten Tulungagung Jawa Timur.
c. Rute : menempuh jarak ± 25 km,terbagi dalam 4 (empat) POS.
VII. Persyaratan Peserta
1. Peserta wajib sudah membaca, mengerti dan sanggup mentaati semua peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam kegiatan Lomba Lintas Alam Nasional
“Lindri Land Rock XXIII“ Februari 2013.
2. Peserta wajib mendaftarkan diri mulai sekarang dan ditutup dua minggu sebelum pelaksanaan [ tgl 10 Februari 2013 jam 24.00 wib ], dan panitia tidak menerima peserta partisan, bagi yang tidak terdaftar dilarang mengikuti lintasan lomba
3. Peserta wajib dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
Masing-masing peserta terdaftar mendapat kaos kegiatan dari panitia, pengambilannya hanya di sekretariat pusat atau disekretariat start.
4. Peserta wajib menciptakan suasana persahabatan serta persaudaraan (dilarang berkelahi ) dan bersikap sopan terhadap sesama peserta, panitia, dan penduduk setempat.
5. Peserta wajib membawa perlengkapan (senter, batrei dan sepatu) serta perbekalan pribadi ( makanan , minuman dan obat obatan pribadi ) sesuai kebutuhan pribadi, karena musim hujan, lebih baik di sarankan membawa jas hujan/raincoat.
6. Peserta wajib sudah datang siap di start 1 (satu) jam sebelum acara pemberangkatan dan mengikuti upacara sesuai aturan panitia.
7. Peserta wajib menjaga kesopanan, keamanan barang-barang pribadi / regu, kehilangan berupa apapun adalah resiko peserta sendiri dan panitia tidak bertanggung jawab untuk menggantinya
8. Peserta dilarang melakukan kegiatan / tindakan yang merugikan pihak lain dan tidak diperkanankan keluar jalur / rute yang ditetapkan panitia.
9. Peserta dilarang merusak tanaman, merubah tanda, membuang puntung rokok yang masih menyala, menyalakan api di start / finish maupun sepanjang rute lomba yang dilalui, sesuai kode etik pecinta alam.
10. Peserta dilarang membawa / menggunakan sesuatu yang dilarang oleh undang-undang misalnya minuman keras, narkoba, senjata api, senjata tajam atau sejenisnya.
11. Peserta yang sudah mendaftarkan diri apabila berhalangan, tidak dapat digantikan orang lain, dan uang pendaftaran tidak bisa diminta kembali karena sudah dialokasikan untuk perlengkapan peserta lomba, kecuali kaos peserta.
12. Peserta dapat beristirahat di rumah penduduk dengan syarat seijin tuan rumah dan wajib menghormati adat istiadat penduduk setempat.
13. Pelanggaran / kecurangan dalam lomba mengakibatkan peserta gugur / dikenakan diskwalifikasi dan kehilangan hak sebagai peserta.
14. Peserta yang melanggar ketentuan dan tidak mentaati aturan persyaratan dalam lomba, maka segala akibatnya diluar tanggung jawab panitia dan akan diproses menurut hukum negara yang berlaku.
VIII. Ketentuan dan cara Pendaftaran Peserta
1. Kategori peserta
a. Beregu (3/tiga orang) biaya pendaft. Rp.150.000,-(seratus lima puluh ribu rp)
• BPA (Beregu Putra / campuran)
• BPI (Beregu Putri)
b. Perorangan biaya pendaftaran Rp. 50.000,-(lima puluh ribu rp)
• PPA (Perorangan Putra)
• PPI (Perorangan Putri)
2. Waktu pendaftaran peserta dibuka mulai sekarang dan ditutup dua minggu sebelum pelaksanaan tgl 10 Februari 2013 jam 24.00 wib atau bisa ditutup sewaktu -waktu apabila jumlah peserta sudah mencapai target.
3. Cara pendaftaran :
Peserta wajib mengirimkan data via SMS dengan huruf besar ke nomer panitia pusat ( 081 25 92 92 14 ) : #Kategori peserta # nama lengkap peserta#ukuran kaos#nomer telpon#nama regu/nama perhimpunan#
Contoh Perorangan Putra :
#PPA#M ARIF HS#L#081234567890#GARUDAPALA#
Contoh Beregu Putri :
#BPI#ANISA;INAWATI;RIANI#S;L;M#081987654321#SEKARPALA#
4. Tempat pendaftaran :
a. Secara langsung pada sekretariat pusat Tulungagung dan sekretariat luar kota yang ditunjuk.
b. Transfer ke nomor rekening : 1430005627011 Bank MANDIRI
Cab. Jember atas nama: Vinas Valentine Lindri S
5. Piagam Penghargaan
Setiap peserta yang berhasil finish berhak menerima piagam, pengambilan piagam hanya dapat dilakukan dengan tanda tangan peserta dan menunjukkan nomor dada pada kaos peserta.
6. Penilaian juara dilakukan secara terbuka , bisa disaksikan peserta di sekretariat pusat (dimulai pada hari H+3 / tiga, tgl 28 Februari 2013) dengan berdasarkan :
• Katepatan waktu total (upacara pemberangkatan, start, pos dan finish).
• Kelengkapan lomba, kekompakan, kerapian, kesopanan, tata laku
di masyarakat, citra lingkungan, sesuai persyaratan peserta.
• Hasil juara dapat dilihat disemua tempat pendaftaran.
• Juara juga akan dihubungi via surat / telpon, sesuai alamat /no telpon pada waktu peserta mendaftarkan ke panitia.
IX. Hal Kejuaraan
Pengumuman hal kejuaraan dilakukan ± satu minggu setelah pelaksanaan kegiatan tanggal 03 Maret 2013.
Panitia menyediakan 22 (dua puluh dua ) tropi bagi juara :
1. Tropi bergilir Bupati Tulungagung
2. Tropi bergilir DANDIM Tulungagung
3. Tropi bergilir KAPOLRES Tulungagung
4. Tropi bergilir MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia)
5. Tropi bergilir Vinas Valentine Lindri Sahputri
6. Tropi tetap juara I beregu putra / campuran
7. Tropi tetap juara II beregu putra / campuran
8. Tropi tetap juara III beregu putra / campuran
9. Tropi tetap juara IV beregu putra / campuran
10. Tropi tetap juara I beregu putri
11. Tropi tetap juara II beregu putri
12. Tropi tetap juara III beregu putri
13. Tropi tetap juara IV beregu putri
14. Tropi tetap juara I perorangan putra
15. Tropi tetap juara II perorangan putra
16. Tropi tetap juara III perorangan putra
17. Tropi tetap juara IV perorangan putra
18. Tropi tetap juara I perorangan putri
19. Tropi tetap juara II perorangan putri
20. Tropi tetap juara III perorangan putri
21. Tropi tetap juara IV perorangan putri.
22. Tropi bergilir Menpora dalam tahap audiensi
X. Keputusan :
1. Keputusan panitia tidak dapat diganggu gugat dan tidak ada complain/keluhan dalam bentuk apapun.
2. Hal hal yang dianggap perlu dan belum tercantum disini , akan ditambahkan kemudian.
3. Undangan/selebaran ini boleh difotocopy untuk disebar luaskan kepada rekan dan saudara anda, bagi yang mmemerlukan penjelasan lebih lengkap bisa telpon langsung ke 081 25 92 92 14 atau 081 335 494 912 , pertanyaan via SMS tidak dilayani karena tidak efektif.
4. Semua ini (I – X) dibuat sebagai acuan untuk memperlancar operasi kegiatan.

http://squidbrain.wordpress.com/2012/12/30/lindri-landrock-xxiii-tahun-2013/#more-936

Kamis, 03 Januari 2013

GAME KEKOMPAKAN TIM

Games Seru Latih kekompakan, Kebersamaan & Kerjasama


Games session merupakan bagian dari inti acara ini, games yang disajikan pun games yang dapat melatih komunikasi, kekompakan dan kerjasama yang baik, baik sebagai individu maupun tim. Pada dasarnya mereka bagian dari Black Community yang membaur dalam satu tim untuk menanggalkan kedaerahan maupun jenis kendaraan.

Dalam satu tim terdapat enam hingga delapan daerah baik BCC maupun BMC untuk menjadi tim terbaik, hingga memasuki games area di halaman parkir Hotel Mercure hawa semangat untuk mengikuti games tersebut sungguh luar biasa karena games yang disediakan oleh panitia pun cukup unik sehingga mengundang ketertarikan mereka.

Adapun di dalam games area tersebut ada beberapa jenis permainan untuk mengasah kerjasama dan komunikasi, seperti area BlackBox yaitu ruangan yang gelap tanpa cahaya hanya menggunakan handytalkie untuk saling berkomunikasi untuk mendapatkan barang yang dimaksud dengan leader yang mengarahkan melalui layar LCD TV. Permainan Black Twister menyesuaikan warna yang harus ditempat oleh anggota tubuh, termasuk game kelapa gila dengan mengangkat buah kelapa menggunakan empat utas tambang.

Games yang mengarah pada kekompakan, kebersamaan serta kerjasama yang baik diharapkan dapat terbangun lebih baik dimasing-masing individu, termasuk games Black Sky yaitu berjalan di lantai penuh oli dengan bakiak sehingga tak terbayang licinnya area permainan itu. Akan tetapi mereka harus mencapai garis finish sehingga mendapatkan point terbanyak untuk mendapatkan gelar The Most Lucky Team. [min/timBX]

GAME BALON


Hal sederhana, tetapi jika dikemas dengan baik akan menjadi permainan yang menarik dan menantang. Fasilitator mengawali dengan mengumpulkan semua peserta, lalu memberi contoh meniup balon. Tiup hingga membesar kira-kira 85% dari besar maksimal. perintahkan tiap peserta masig-masing meniup sebuah balon dan minimal hingga sebesar hasil tiupanmu.

Balon adalah salah satu kreasi manusia yang paling mengagumkan. Dengan benda sederhana ini, fasilitator bisa membuat orang lebih percaya diri, besenang-senang, bahkan membangun kerja sama team yang solid. Selain itu, balon mudah dibawa kemana-mana dan yang tak kalah penting, murah.
Dalam artikel ini saya kan memperkenalkan rangkaian permainan yang semuanya dilakukan dengan balon.

Sejarah Balon

Kebanyakan orang tidak menyadari seberapa mengagumkannya penemuan balon. padahal, dari untuk membuat benda ini dibutuhkan penelitian yang melelahkan. Bahkan hingga saat ini masih banyak teknologi yang sedang dikembangkan berbasiskan balon. Yang paling terkenal adalah penggunaan balon sebagai alat transportasi udara.
Untuk mengawali permainan balon ini, fasilitator bisa mengutip cerita tentang sejarah balon. Misalnya tanyakan pada peserta, “Siapa penemu balon modern dan kapan ia menemukannya?” (Jawabannya: Michael Faraday pada pertengahan abad ke 19). Biasanya orang akan tertarik dengan pengetahuan baru yang belum pernah mereka pikirkan sebelumnya. Tentang sejarah balon yang lebih lengkap bisa fasilitator cari di link di bawah ini.

Meniup Balon

Sekedar untuk meniup sebuah balon dibutuhkan rasa percaya diri. Banyak yang ragu untuk meniup hingga besar karena khawatir balon akan meletus. Beri “reward” pada peserta yang bisa meniup hingga terbesar dari peserta lainnya. Beri motivasi pada peserta yang tidak berani meniup hingga ukuran minimal yang fasilitator perintahkan.
Jika sudah selesai, hal lain yang tak kalah menarik adalah ketika peserta diminta menalikan ujung balon. Peserta yang tidak terbiasa mengikat balon tentu saja akan mengalami kesulitan. Peserta akan menyadari bahwa jika ada hal yang sulit kita lakukan sendirian, ternyata lebih mudah jika kita meminta bantuan orang lain.

Ballon Juggle

Bagi peserta dalam 3 atau 4 kelompok. Berikan sebuah balon yang harus mereka lambungkan dan tidak boleh sampai jatuh ke lantai. Peserta dilarang menangkap balon, yang diperbolehkan adalah memukul balon dengan anggota tubuh mereka hingga balon memantul ke atas. Awalnya mudah, tetapi lama-lama akan semakin sulit. Karena tiap 30 detik berlalu, fasilitator akan melemparkan 1 atau dua tambahan balon. Jumlah balon bertambah terus hingga ada 3 balon yang terjatuh ke lantai. Tiap ada balon yang jatuh ke lantai tidak boleh diambil. teriakkan peringatan tiap ada satu balon yang jatuh untuk memberi tekanan.Setiap kelompok dicatat waktunya dan yang terlama adalah pemenangnya.
Permainan ini juga bisa dilakukan oleh semua kelompok bersamaan. Tiap kelompok harus melambungkan balon dengan warna yang berbeda. Sama dengan versi satunya, tiap 30 detik, tambahkan 1 balon pada semua kelompok. Kelompok yang bertahan paling lama adalah pemenangnya.

Tangkap Balon

Semua peserta membentuk lingkaran. Fasilitator berada di tengah menjelaskan permainannya. Lalu fasilitator melempar balon ke atas dan langsung menyebut nama salah satu peserta. Peserta yang disebutkan namanya harus maju ke tengah dan menagkap balon itu. Tanpa jeda, ia harus segera melempar kembali balon ke atas sambil memanggil nama peserta lain lalu segera kembali ke pinggir lingkaran.. peserta yang disebut namanya harus segera maju dan melakukan hal yang sama. Tidak boleh mengulang memanggil nama peserta yang pernah dipanggil.
Peserta yang melakukan kesalahan, dihukum dengan dicoreng namanya pakai tepung atau arang. Atau bisa juga diberi tugas meniup satu balon untuk tiap satu kesalahan.

Ballon Pop

Sama dengan permainan di atas, tetapi balon tidak boleh ditangkap tetapi di pantul-pantulkan dengan tangan. Setelah pantulan kelima, maka ia harus memanggil nama peserta lain yang langsung maju ke tengah dan melakukan hal yang sama.

Menyeimbangkan Balon

Tantang semua peserta untuk menyeimbangkan balon. Caranya dengan meletakkan balon di atas jari telunjuknya. Balon tidak boleh dipegang atau di lekatkan pada jari dengan lem/ pleser. Semua harus jujur, jika gagal, maka harus mengaku dan keluar dari permainan. Peserta yang bisa menyeimbangkan dengan catatan waktu terlama adalah pemenangnya.

Olah Raga Balon

Peserta juga bisa diajak melakukan olahraga bola tetapi digantikan menggunakan balon. Misalnya sepak bola taua volley.

Ballon Race

Fasilitator bisa memilih 3 model balapan di bawah ini.
  • Tiap kelompok adu cepat menggiring balon dari START menuju ke FINISH. Tidak boleh ada balon yang menyentuh tanah/ lantai sebelum sampai di garis finish.
  • Tiap kelompok menggiring balon di lantai tanpa menggunakan bagian tubuh manapun. Solusinya adalah dengan meniup balon hingga garis FINISH.
  • Tiap kelompok membentuk barisan berbanjar dan di sela-sela tiap peserta diberi balon yang tidak boleh dipegang, tetapi diapit dengan perut dan punggung peserta di depannya. Semua kelompok berlomba lari dan tidak boleh ada balon yang jatuh. Jika ada balon yang jatuh, maka harus mengulangi dari start lagi.